Minggu, 28 Juni 2009

HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Hubungan kerja merupakan faktor yang sangat dominan di dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, hubungan kerja harus secara terus menerus di tingkatkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara optimal.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam suatu organisasi memiliki tujuan. Untuk mencapai tujuan itu, orang-orang atau bagian-bagian yang terkandung di dalam organisasi dan pihak-pihak yang terkait dengan pencapaian tujuan, harus melakukan hubungan kerja dengan sebaik-baiknya. Pada kegiatan yang lebih luas dalam kompleks hubungan kerja ini semakin menjadi penting, mengingat dalam era globalisasi tidak satupun unit kerja atau organisasi yang dapat mencapai tujuan tanpa melakukan hubungan kerja dengan unit kerja yang lain.
Didalam pemerintahan (Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen) atau Instansi pemerintah lainnya sebagai suatu organisasi juga mempunyai tujuan. Untuk mencapai tujuannya seluruh aparat dan bagian yang ada di dalamnya atau pihak-pihak lain yang terkait perlu mengadakan hubungan kerja. Bahkan lebih dari itu, semua bagian harus bergerak sebagai satu kesatuan yang terkoordinasi. Kegiatan hubungan kerja dalam organisasi merupakan bagian integral dan komprehensif dalam mencapai tujuan dari organisasi yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas maka saya tertarik untuk membahas masalah tersebut dengan memberi judul: HUBUNGAN KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH.


1.2 Sistematika Penulisan
Secara garis besar makalah ini di susun secara sistematis yang terdiri dari 3 ( tiga ) bab di mana tiap-tiap bab dibagi atas beberapa sub-sub bab yang sesuai:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini merupakan bab pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah & sistematika penulisan.
BAB II : PEMBAHASAN MASALAH
Dalam bab ini menerangkan tentang pengertian hubungan kerja, macam-macam hubungan kerja, maksud dan tujuan hubungan kerja, prinsip-prinsip hubungan kerja, pentingnya komunikasi dalam hubungan kerja, teknik komunikasi dalam hubungan kerja dan Teknik Hubungan Kerja Dalam Pelaksanaan Tugas Di Unit Kerja.
BAB III : PENUTUP
Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran – saran dari seluruh hasil pembahasan pada bab – bab sebelumnya.

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH


2.1 Pengertian Hubungan Kerja
Orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi agar dapat mencapai tujuannya itu, harus bekerja sama, baik antara mereka didalam organisasi maupun antara mereka dengan pihak lain yang ada diluar organisasi. Kalau terjadi kerja sama antara dua pihak maka belum berarti bahwa ada hubungan kerja antara pihak-pihak yang bekerja sama tersebut.
Hubungan kerja juga, timbul karena masing-masing yang tergabung dalam organisasi mengadakan pembagian kerja untuk memperoleh efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan. Setiap bagian mempunyai fungsi. Setiap bagian mempunyai sasaran dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Untuk dapat mencapai tujuan organisasi maupun sasaran dari masing-masing bagian organisasi pada dasarnya harus ada hubungan kerja antara individu-individu. Dari uraian singkat diatas dapatlah dirumuskan pengertian hubungan kerja. Hubungan kerja dapat diartikan sebagai hubungan yang terjadi antara bagian-bagian atau individu-individu baik antara mereka di dalam organisasai maupun antara mereka dengan pihak luar sebagai akibat penyelenggaraan tugas dan fungsi masing-masing dalam mencapai sasaran dan tujuan organisasi.
Bagian-bagian dengan tingkatan-tingkatan yang ada dalam suatu organisasi merupakan suatu struktur. Untuk memperjelas hubungan antara bagian atau individu yang satu dengan bagian atau individu yang lain dalam organisasi, struktur ini biasanya digambarkan dalam bentuk bagan yang kemudian lebih dikenal dengan bagan struktur organisasi. Bagan sturktur organisasi itulah yang menggambarkan suatu organisasi formal. Dalam organisasi formal yang tergambar dalam bagan struktur organisasi tampak garis-garis hubungan kerja formal antara bagian-bagian yanga ada dalam organisasi yang bersangkutan. Disamping hubungan kerja yang formal, terdapat juga hubungan kerja informal yang tidak berdasarkan atau tidak memperhatikan garis-garis formal seperti tergambar pada bagan struktur.
Dengan demikian dapat dilihat dari bagan sistem organisasi di atas adanya unsur yang disebut hubungan. Hubungan ini tergambar pula dalam struktur organisasi yang merupakan garis penghubung antar unit, yang dapat berupa garis vertikal dan garis horizontal. Garis hubungan ini merupakan petunjuk adanya hubungan kerja antar unit dalam mekanisme kerja organisasi. Garis ini juga menunjukkan adanya interaksi antar unit kerja (subsistem) dalam sistem struktur organisasi.
Hubungan ini ada karena pejabat yang satu atau unit kerja yang satu harus membantu pejabat atau unit kerja yang lain dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi yang telah dibebankan kepadanya. Jadi hubungan kerja dapat dirumuskan sebagai keterkaitan antar pejabat atau antar unit kerja dalam organisasi agar dapat saling bantu dalam menyelesaikan pekerjaan masing-masing dalam melaksanakan tugas organisasi. Contohnya bagian atau unit keuangan membantu bagian atau unit kepegawaian secara timbal balik.
Hubungan kerja di dalam organisasi menurut arahnya dapat vertikal, horizontal maupun diagonal yang sifatnya internal. Hubungan kerja ini dapat juga keluar yang dapat disebut hubungan kerja eksternal, seperti hubungan kerja antara organisasi, misalnya antara organisasi perusahaan dengan organisasi pemerintahan, atau antara organisasi pemerintahan daerah dengan pemerintahan pusat (ini merupakan hubungan kerja antara dua sistem).
Garis hubungan ini tidak mungkin dihilangkan dari struktur organisasi, demikian juga hubungan kerja, di dalam setiap sistem organisasi. Hubungan kerja ini akan lahir bersama-sama dengan terbentuknya organisasi. Demikian karena organisasi terbentuk atas dasar adanya hubungan kerja sama antar orang dan antar kelompok orang yang memiliki kepentingan tertentu, yang kemudian diikat oleh suatu formalitas tertentu. Tanpa adanya formalitas maka kelompok orang baru dapat disebut kelompok gotong royong semacam kelompok orang yang membantu mendorong mobil mogok di jalan. Proses kegiatannya juga baru disebut proses kerja sama atau gotong royong. Berbeda dengan organisasi formal yang prosesnya dapat disebut administrasi.
Dengan demikian administrasi hanya ada di dalam organisasi formal. Contohnya administrasi perusahaan hanya ada di dalam organisasi perusahaan seperti perseroan termasuk perusahaan daerah dan perusahaan negara. Administrasi negara hanya ada di dalam organisasi negara serta perangkat-perangkat pemerintah. Dengan demikian rumusan yang tepat tentang administrasi adalah seluruh proses organisasi dalam usahanya mencapai tujuan dengan memanfaatkan semua sumber dayanya secara efektif dan efisien.
Tanpa adanya hubungan kerja yang dilaksanakan dengan baik antar berbagai pihak di dalam organisasi maka proses administrasi dari organisasi tersebut tidak akan berjalan dengan baik dan efektifitas serta efisiensi organisasi yang bersangkutan akan terganggu. Hubungan kerja di dalam administrasi akan diatur melalui prosedur-prosedur serta metode-metode kerja tertentu. Di dalam administrasi negara diatur pula hubungan kerja antar lembaga-lembaga kenegaraan yang ada agar jalannya adminstrasi negara benar-benar lancar, efektif dan efisien. Di dalam administrasi negara Republik Indonesia hubungan kerja ini diatur di dalam Ketetapan MPR No. III/ MPR/ 1978 yang mempertegas hubungan kerja yang tertuang dalam UUD 1945.


2.2 Macam-Macam Hubungan Kerja
Dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya masing-masing unit kerja, para pejabat dan orang-orang yang ada dalam unit kerja itu tidak mungkin lepas melakukan hubungan kerja, baik antar mereka di dalam organisasi atau unit maupun antar mereka dengan pihak luar.
Dalam organisasi ada berbagai macam bentuk hubungan kerja, yaitu :
1. Hubungan Kerja Vertikal
Hubungan kerja vertikal adalah hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan.
2. Hubungan Kerja Horizontal
Hubungan kerja horizontal adalah hubungan kerja antara pejabat pada tingkat atau eselon yang sama.
3. Hubungan Kerja Diagonal
Hubungan kerja diagonal adalah hubungan kerja antar pejabat yang berbeda induk unit kerjanya dan berbeda juga tingkat atau eselonnya.
4. Hubungan Kerja Fungsional
Hubungan kerja fungsional adalah hubungan kerja antara unit atau pejabat yang mempunyai bidang kerja sama. Tingkat atau eselon unit atau pejabat tersebut bisa sama atau tidak sama.
5. Hubungan Kerja Informatif
Hubungan kerja informatif adalah hubungan kerja antar unit atau pejabat dengan tingkat atau bidang apapun untuk saling memberikan dan memperoleh keterangan.
6. Hubungan Kerja Konsultatif
Hubungan kerja konsultatif adalah hubungan kerja antar pejabat yang karena jabatannya berkepentingan melakukan konsultasi antar satu dengan yang lainnya.
7. Hubungan Kerja Direktif
Hubungan kerja direktif adalah hubungan kerja antara pimpinan unit organisasi atau pejabat yang disatu pihak mempunyai wewenang dan kewajiban untuk memberikan bimbingan, pengarahan, pertimbangan, saran atau nasehat dalam bidang kerja hirarkis tertentu, sedang pihak lain mempunyai kewajiban melaksanakan bimbingan, pengarahan, pertimbangan, saran dan atau nasehat tersebut.
8. Hubungan Kerja Koordinatif
Hubungan kerja koordinatif adalah hubungan kerja antar pejabat yang dimaksudkan untuk memadukan (mengintegrasikan), menyerasikan dan menyelaraskan berbagai kepentingan dan kegiatan yang saling berkaitan beserta segenap gerak, langkah dan waktunya dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran bersama.
Meskipun tidak merupakan keharusan, tetapi biasanya pejabat yang mengkoordinasikan mempunyai eselon atau tingkat yang lebih tinggi dalam hirarki organisasi.
Organisasi sebagai wadah kerja sama relatif bersifat statis, mengandung stabilitas, dengan maksud untuk memberikan kepastian dalam pelaksanaan kerja sama sebagai syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan-kegiatan pencapaian tujuan dan sasaran. Namun demikian tidak dapat disangkal, jika diharapkan organisasi akan maju dan berkembang, tidak ada satupun organisasi di dunia ini yang mutlak bersifat statis.. Oleh karena itu tepatlah bila organisasi di samping ditinjau sebagai wadah juga dutinjau sebagai proses pengelompokan orang-orang dalam suatu kerja sama yang efisien untuk mencapai tujuan yang sifatnya dinamis.
Akan tetapi memang tidak dapat dihindarkan bahwa dalam setiap organisasi, di samping hubungan kerja formal atau hubungan kerja kedinasan terdapat pula hubungan informal atau hubungan keakraban. Hubungan informal ini timbul dengan sendirinya sejalan dengan hakikat manusia dengan segala sifat sebagai makhluk sosial.


2.3 Maksud dan Tujuan Hubungan Kerja
Maksud adalah suatu pernyataan untuk apa sesuatu harus dilakukan dan manfaat apa yang dapat ditarik dari suatu kegiatan. Sedangkan tujuan adalah hasil akhir dari suatu kegiatan yang mempunyai maksud tertentu.
a. Maksud
Hubungan kerja di organisasi dimaksudkan agar organisasi dapat :
- Membangkitkan kesadaran pada setiap orang dan setiap manajer bahwa kedudukan, fungsi dan pekerjaannya berkaitan denga kedudukan, fungsi dan pekerjaan pihak lainnya sehingga merasa bahwa kedudukan, fungsi dan pekerjaannya tidak lepas dari yang lain.
- Memelihara dan mengembangkan saling pengertian di antara pejabat di dalam organisasi sehingga dapat menumbuhkan kesadaran bahwa dirinya memerlukan bantuan pihak lain dan sebaliknya dirinya memerlukan bantuan pihak lain sehingga timbul semangat kerjasama dalam pelaksanaan tugas masing-masing.
- Memelihara dan mengembangkan semangat persatuan pada setiap orang karena tugas dirinya dan tugas pihak lain di dalam organisasi merupakan bagian-bagian dari tugas yang lebih besar sehingga setiap tugas berkaitan erat dan pelaksanaannya perlu saling mendukung.
- Menumbuhkan sikap para pelaksana untuk mematuhi peraturan yang mengatur hubungan kerja antar unit organisasi dan antar organisasi dalam suatu sistem baik pemerintahan maupun perusahaan.
b. Tujuan
Hubungan kerja di dalam organisasi mempunyai tujuan terciptanya kemudahan serta kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan setiap orang dan setiap unit karena adanya kesadaran bahwa setiap orang atau unit lain serta timbulnya semangat saling bantu.
Hubungan kerja timbul dan sangat dibutuhkan sebagai konsekuensi adanya upaya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien melalui pembagian tugas. Tugas-tugas ini diwadahan dalam unit-unit sebagai pelaksana dan penanggung jawab satu atau beberapa fungsi. Dengan demikian setiap unit mempunyai sasaran. Akan tetapi semua pihak dalam organisasi, terutama para pimpinan sangat berkepentingan agar semua unit beserta seluruh petugas dan kegiatannya termasuk sumber-sumber lainnya dapat berjalan terpadu, serasi dan selaras dalam mencapai tujuan dan sasaran bersama.
Dari uraian tersebut diatas, jelas bahwa tujuan hubungan kerja adalah terwujudnya keterpaduan, keserasian dan keselarasan kegiatan-kegiatan seluruh unit beserta komponen-komponen yang berkaitan dalam pencapaian sasaran dan tujuan organisasi.
Sebagai suatu cara agar dapat terwujudnya hubungan kerja antara kegiatan dari suatu satuan kerja yang satu dengan yang lainnya, sehingga terdapat suatu kesatuan gerak dan langkah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Lebih rinci dapat diuraikan bahwa hubungan kerja mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut :
- Terwujud keterpaduan dan meningkatkan kerjasama antara atasan dan bawahan, dan antar sesame anggota organisasi,
- Bersikap tanggap terhadap setiap informasi yang diterima dan menolak berbagai masalah yang dihadapi,
- Meningkatkan partisipasi dalam merumuskan kebijaksanaan dalam ruang lingkup tugasnya,
- Menciptakan kondisi organisasi yang lebih baik,
- Meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktifitas kerja yang tinggi,
- Memperbaiki kekurangan dan memberikan perhatian kepada individu dan kelompok organisasi,
- Mengintegrasikan tercapainya tujuan pribadi dan organisasi,
- Memastikan adanya kesatuan gerak dalam organisasi,
- Saling berkomunikasi dan bantu membantu antar pejabat atau unit,
- Menjamin kesatuan kebijaksanaan untuk hal-hal yang sama,
- Menghindarkan kecendrungan merasa “paling penting” dalam organisasi,
- Memelihara dan mengembangkan saling pengertian diantara para pelaksana, sehingga dapat menumbuhkan kerjasama dalam pelasanaan tugas masing-masing,
- Memelihara dan mengembangkan saling memenuhi, sehingga kontak atas dasar kebijaksanaan dan saling membantu antara pihak-pihak yang tugasnya saling berkaitan,
- Menumbuhkan sikap para pelaksana untuk mematuhi peraturan yang mengatur hubungan kerja antar instansi.

2.4 Prinsip Hubungan Kerja
Prinsip di dalam manajemen adalah suatu aturan umum yang harus diikuti bila sesuatu kegiatan ingin mendapat hasil yang baik. Hubungan kerja bila ingin berhasil memerlukan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Spesialisasi tugas dan kerja yang jelas dari setiap orang dan unit sebagai bagian dari tugas dan kerja organisasi.
b. Pengenalan spesialisasi tugas oleh setiap pihak dalam organisasi sehingga masing-masing akan mengetahui dengan siapa dirinya harus melakukan hubungan untuk membantu atau minta bantuan.
c. Saling pengertian antara unit kerja sehingga adanya saling bantu.
d. Semangat kerjasama antar unit untuk mendorong kegiatan saling bantu.
e. Disiplin terhadap peraturan termasuk prosedur kerja sebagai arah untuk melakukan interaksi dalam saling bantu.
Untuk lebih memudahkan mengingat prinsip-prinsip ini maka jembatan keledai yang dapat diikuti adalah :
H indarkan sifat egoisme agar kondusif dalam melakukan hubungan,
U raian pekerjaan harus jelas secara tertulis sebagai pedoman hubungan,
B angkitkan semangat kerjasama antar orang dan antar unit kerja,
U kuran tingkat kinerja individu maupun kelompok harus ditetapkan,
N orma-norma kerja harus dipatuhi oleh semua pihak,
G unakan semua sumber sesuai standar pemanfaatannya agar efisien,
A ntisipasi semua hambatan yang mungkin timbul dalam hubungan,
N on kompromis dengan masalah yang menghambat hubungan kerja,
K inerja standar harus sesuai dengan kemampuan orang dan sumber,
E valuasi secara berkala pelaksanaan hubungan kerja antar pegawai,
R otasi dapat dilakukan bila hubungan kerja selalu terganggu oleh ulah pegawai,
J elas tuntutan disiplin orang terhadap aturan formal organisasi,
A tur spesialisasi dan uraian pekerjaan kedalam bentuk tertulis.

2.5 Pentingnya Komunikasi Dalam Hubungan Kerja
Dalam pelaksanaan hubungan kerja selalu diperlukan komunikasi kesemua arah dan timbal balik, atasan dengan bawahan, antara atasan dan antara bawahan, baik internal maupun eksternal.
a. Konsep Komunikasi
Menurut Stoner (1986) bahwa komunikasi adalah proses dengan mana fungsi-fungsi manajemen, merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan dilaksanakan. Selanjutnya juga dikemukakan bahwa komunikasi adalah kegiatan dimana menajer atau pimpinan mencurahkan sebagian besar dari waktunya.
Dengan demikian dari berbagai pengertian komunikasi yang dikemukakan yang pada intinya komunikasi adalah proses penyampaian informasi atau pesan-pesan (message) dari satu pihak kepada pihak lain melalui media tertentu, atau tegasnya secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai proses transfer informasi beserta pemahamannya dari satu pihak kepada phak lain.
b. Elemen-Elemen Penting Dalam Komunikasi
Dari rumusan tentang pengertian komunikasi seperti tersebut diatas, mudah dimengerti bahwa dalam prose komunikasi ada model yang paling sederhana (Stoner:1986) yaitu adanya elemen-elemen yang meliputi elemen pengirim, penerima, informasi (pesan) yang di komunikasikan, saluran dan balikan.
- Pengirim (Komunikator/ Sender)
Pengirim adalah pemrakarsa terjadinya proses komunikasi. Pengirim juga merupakan sumber informasi.
- Penerima (Komunikan/ Receiver)
Penerima adalah pihak yang menerima dan menginterpretasikan pesan yang disampaikan oleh pengirim. Penerima menerjemahkan pesan ke dalam bentuk yang mempunyai arti dan dapat dimengerti.

- Pesan (Informasi/ Message)
Pesan berupa ide-ide, fakta, data, informasi atau permasalahan yang dimaksudkan oleh pengirim untuk dikomunikasikan kepada penerima. Secara umum informasi yang dikomunikasikan harus jelas, tegas, singkat dan lengkap.
- Saluran (Jalan/ Channel)
Saluran adalah jalan yang dilalui suatu pesan dari pengirim kepada penerima. Arah saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan bisa kebawah (downward), keatas (upward), horizontal dan diagonal.
- Balikan (feedback)
Balikan adalah respon yang diberikan oleh penerima pesan kepada pengirim terhadap suatu pesan yang disampaikan.
c. Jenis-Jenis Komunikasi
Dalam lingkungan organisasi, informasi harus disampaikan secara cepat kepada seluruh jajaran organisasi yang ada. Penyampaian informasi bukan ditentukan oleh banyaknya informasi akan tetapi informasi yang penting adalah informasi yang relevan. Oleh karena itu perlu ditentukan informasi apa saja yang perlu disampaikan secara cepat dan tepat dalam komunikasi. Dengan demikian jenis-jenis komunikasi dalam organisasi anatara lain :
- Komunikasi tertulis
Komunikasi seperti ini biasanya disampaikan secara tertulis.
- Komunikasi Lisan (Verbal)
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang dilaksanakan secara lisan. Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung berhadapan atau melalui media lain.
- Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan bahasa isyarat (body language).

2.6 Teknik Komunikasi Dalam Hubungan Kerja
Komunikasi yang ditujukan untuk menciptakan hubungan kerja dalam suatu organisasi adalah komunikasi yang terjadi dimana orang bekerja dalam bisnis, militer, rumah sakit pemerintah, lembaga pendidikan dan lain-lain. Betapa pentingnya komunikasi dalam hubungan koordinasi disebutkan oleh V. Honney dalam bukunya “Communication and Organiztional Behavior” sebagai berikut “…Efisiensi suatu kelompok sangat tergantung pada usaha bagaimana anggota kelompok tersebut dapat dikoordinasikan. Tetapi koordinasi dapat begitu saja terjadi, kecuali melalui komunikasi yang memuaskan diantara para anggota (pegawai-pegawai yang telah mencapai saling pengertian dan bekerjasama)”. Komunikasi diarahkan kepada teknik bagaimana berkomunikasi sehingga dapat menghasilkan hubungan kerja yang efektif. Teknik komunikasi yang akan dituangkan ini tidak terpisahkan dari model proses komunikasi, yaitu:
Encoding Transmitting Medium Receiving Decoding
Dalam proses komunikasi ini dapat terjadi hambatan pada setiap elemen dalam proses komunikasi tersebut, sehingga akan dapat menjadikan tiga macam ketidak efektifan dari hasil komunikasi tersebut. Ketiga macam ketidak efektifan dapat disebut juga sebagai “Mis Communication”, masing-masing adalah :
a. Terjadi kebocoran komunikasi,
b. Terjadi pengikisan komunikasi, dan
c. Terjadi kerusakan komunikasi.
Hambatan-hambatan tersebut harus dihindari. Usaha-usaha yang harus dilakukan oleh komunikator untuk menghilangkan hambatan tersebut adalah merupakan teknik-teknik komunikasi yang harus diterapkan dalam hubungan kerja. Teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dari elemen sumber informasi, bahan (ide) yang masih dalam taraf “encode” harus jelas bagi si sumber itu sendiri, sehingga ia dapat men-“transmit” dengan jelas kepada yang akan menerima.
2. Dari elemen transmitting, bahasa yang digunakan dalam men-“transmit” ide nya harus disesuaikan dengan latar belakang si penerima. Latar belakang ini dapat berwujud tingkat pendidikan, lingkungan sosial, lingkungan budaya (bangsa), lingkungan politik dan lingkungan agama.
3. Dari elemen medium, media yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi dimana komunikasi tersebut dilakukan.
4. Dari elemen penerima informasi, si penerima informasi menterjemahkan dan menerima pesan melalu media dari telinganya (jika komunikasi non verbal). Penerima informasi akan segera di “decode”, yaitu ditafsirkan sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Penafsiran ini dapat di “transmit” kembali kepada sumber informasi dalam wujud “feedback”. Feedback ini pun dapat berwujud verbal maupun non verbal (umpama melalui bahasa tubuh maupun simbol-simbol).


2.7 Teknik Hubungan Kerja Dalam Pelaksanaan Tugas di Unit Kerja


A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Hubungan Kerja.
Teknik hubungan kerja di sini di artikan sebagai tata cara dan prosedur dalam melakukan atau meningkatkan hubungan kerja. Agar hubungan kerja dapat terlaksana dengan efektif, maka diperlukan beberapa faktor yang harus ada dalam pelaksanaan hubungan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi dimaksud adalah sarana hubungan kerja, pola hubungan kerja dan pedoman hubungan kerja.
a. Sarana Hubungan Kerja
- Kebijaksanaan
Kebijaksanaan sebagai alat hubungan kerja memberikan arah tujuan yang harus di capai oleh segenap organisasi atau instansi atau unit-unitnya, pegangan atau bimbingan untuk mencapai kesepakatan sehingga tercapai keterpaduan, keselarasan dan keserasian dalam mencapai tujuan bersama.
- Rencana
Rencana dapat digunakan sebagai alat hubungan kerja karena di dalam rencana yang baik tertuang secara jelas sasaran, cara melakukan, waktu pelaksanaan, orang atau pejabat atau unit yang melaksanakan dan lokasi pelaksanaan.
- Prosedur dan Tata Kerja
Prosedur dan tata kerja pada prinsipnya dapat digunakan sebagai alat hubungan kerja untuk kegiatan yang sifatnya berulang-ulang. Prosedur dan tata kerja dapat digunakan sebagai sarana hubungan kerja karena di dalamnya memuat ketentuan siapa melakukan apa, kapan di laksanakan dan dengan siapa harus berhubungan. Untuk itu prosedur harus dimuat dalam manual, petunjuk pelaksanaan atau pedoman kerja agar mudah di ikuti oleh semua pihak yang berkepentingan.
- Rapat (Briefing)
Untuk menyatukan bahasa dan saling pengertian mengenai sesuatu masalah yang akan di koordinasikan, rapat dapat di gunakan sebagai sarana hubungan kerja. Rapat digunakan untuk memberikan pengarahan, memperjelas dan menegaskan suatu kebijaksanaan yang harus dilaksanakan.
- Surat Keputusan Bersama (Surat Edaran Bersama)
Untuk memperlancar penyelesaian sesuatu yang tidak dapat dilaksanakan oleh satu instansi, tetapi harus berkoordinasi dengan instansi lain, dapat diterbitkan Surat Keputusan Bersama atau Surat Edaran Bersama.
b. Pola Hubungan Kerja
- Forum
Forum dalam wujud pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat hubungan kerja merupakan salah satu pola hubungan kerja.
- Tim, Panitia, Kelompok Kerja
Apabila sesuatu kegiatan yang dilakukan bersifat kompleks, mendesak, multi sektor, multi disiplin, multi fungsi sehingga asas fungsionalisasi secara teknis fungsional sulit dilaksanakan, maka untuk lebih memantapkan hubungan kerja dapat dibentuk Tim, Panitia, Kelompok Kerja.
- Dewan atau Badan
Dewan atau badan sebagai wadah hubungan kerja dibentuk untuk menangani masalah yang sifatnya kompleks, sulit dan terus menerus, serta belum ada sesuatu instansi yang secara fungsional menangani atau tidak mungkin dilaksanakan oleh sesuatu instansi fungsional yang sudah ada.
c. Pedoman Hubungan Kerja
- Hubungan kerja sudah harus dimulai sebelum perumusan kebijaksanaan.
- Perlu ditentukan secara jelas siapa atau satuan kerja mana yang secara fungsional berwenang dan bertanggung jawab atas sesuatu masalah.
- Pejabat atau instansi yang secar fungsional berwenang dan bertanggung jawab mengenai sesuatu masalah, berkewajiban memprakarsai dan melakukan hubungan kerja.
- Perlu dirumuskan secara jelas wewenang, tanggung jawab dan tugas-tugas stuan-satuan kerja. Perlu dirumuskan program kerja organisasi secara jelas yang memperlihatkan keserasian kegiatan diantara satuan-satuan kerja. Perlu ditetapkan prosedur dan tata cara melaksanakan hubungan kerja.
- Perlu dikembangkan komunikasi timbal balik untuk menciptakan kesatuan bahasa dan kerjasama.
- Hubungan kerja akan lebih efektif apabila yang berkewajiban melakukan hubungan kerja mempunyai jiwa kepemimpinan dan kreadibilitas yang tinggi.
- Dalam pelaksanaan hubungan kerja perlu dipilih sarana hubungan kerja yang paling tepat.

B. Teknik Hubungan Kerja
Teknik hubungan kerja akan menerapkan suatu teknik yang mengadaptasikan suatu pendekatan yang disebut “A.I.C”. Pendekatan ini dikembangkan oleh Kurt Lewin, yang kemudian dikembangkan lagi oleh DR. William. E. Smith dalam merumuskan kebijakan melalui teknik hubungan kerja. Dalam melakukan hubungan kerja ini ide atau masalah atau kondisi yang diinginkan dapat dibahas dalam suatu rapat koordinasi melalui teknik A.I.C, yaitu suatu teknik rapat yang dimulai dengan urutan proses :
- A=Appreciation (Menghargai pendapat orang lain)
Dalam hal ini semua anggota mendengarkan, menghargai, menyimak sambil mencatat pendapat, ide, informasi dari semua anggota lainnya, tanpa mencela, bertanya dan lain-lain. Proses ini proses curah pendapat (Brain Storming).
- I=Influence (Melakukan interaksi)
Pada proses ini setelah semua pendapat dituangkan oleh semua anggota, barulah dilakukan interaksi antar anggota tentang ide-ide atau pendapat atau informasi yang disampaikan sebelumnya. Dalam proses ini masing-masing anggota dapat bertanya, meminta penjelasan, memberi tambahan informasi, melakukan intervensi terhadap suatu ide yang kurang tepat, mengkaitkan fakta-fakta, mengusulkan sesuatu. Proses ini adalah proses dialog dan diskusi.
- Control (Mengendalikan)
Dalam proses ini semua anggota melihat kembali apa yang telah dilakukan dan apa yang telah dibahas dalam tahap “influence”, selanjutnya secara bersama dan mengambil kesepakatan apa yang akan dilakukan. Proses ini proses mengambil suatu langkah, umpamanya membuat rencana, tindakan atau kesimpulan.
Dalam proses ini peran pemimpin rapat sangat penting, yaitu mengendalikan (controlling) agar rumusan akhir, atau keputusan akhir yang akan dilakukan tidak terlepas dari apa yang telah didiskusikan dalam proses sebelumnya. Oleh karenanya dalam proses “control” ini pimpinan dapat meminta anggota untuk dapat merumuskan langkah-langkah atau tindakan-tindakan apa yang direncanakan dapat dilakukan (rencana kegiatan).
- Memperhitungkan semua faktor pendukung yang akan dapat membantu terlaksananya keputusan yang akan diambil atau terwujudnya rencan tindak yang telah diputuskan dalam proses “control” sebelumnya.
- Menentukan strategi atau langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan untuk setiap faktor pendukung yang telah ditentukan sebelumnya.
- Mengikutsertakan semua pihak yang terkait dalam proses hubungan kerja, baik:
a. Individu atau kelompok individu atau instansi yang berada di dalam organisai.
b. Individu atau kelompok individu atau instansi yang berada di luar organisai.
- Akhir teknik hubungan kerja ini diakhiri dengan sutu proses penyusunan saran tindakan secara konkrit dan terinci.

BAB III
P E N U T U P


3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas adalah:
a. Pada umunya organisasi dibentuk oleh kelompok orang untuk mencapai tujuan. Apabila tujuan yang ingin dicapai semakin luas dan kompleks maka diperlukan kerjasama dan pembagian kerja dalam organisasi tersebut. Oleh karena tujuan organisasi adalah tujuan bersama, maka hubungan kerja antara bagian atau antara orang-orang yang tergabung dalam organisasi itu semakin menjadi penting.
b. Dalam melakukan dan meningkatkan hubungan kerja dapat di dasarkan atas kekuatan atau komitmen dan konsensus dari semua pihak yang terkait. Namun demikian untuk keberhasilannya, disamping harus adanya kekuatan dan kewenangan, juga kesadaran semua pihak yang terkait (terlibat) baik langsung maupun tidak langsung serta prinsip-prinsip dan tujuan hubungan kerja.
c. Dalam rangka melakukan hubungan kerja dengan semua pihak yang terkait untuk pencapaian tujuan organisasi. Semua pihak yang melakukan hubungan kerja pada dasarnya melakukan komunikasi. Dalam melakukan komunikasi juga perlu memperhatikan elemen-elemen dan jenis-jenis komunikasi yang ada agar dapat berkomunikasi efektif. Disamping memahami konsep dan batasan atau pengertian komunikasi, juga harus mengetahui secara jelas teknik dan hambatan dalam berkomunikasi. Untuk dapat mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan hubungan kerja, semua pihak harus menyadari dan memperhatikan hambatan-hambatan dan teknik-teknik berkomunikasi.


3.2 Saran – saran
Agar kita dapat memahami betapa pentingnya hubungan kerja dalam pelaksanaan tugas, mengaplikasikan prinsip dan teknik hubungan kerja dengan baik dan benar dalam satu jejaringan yang melembaga. Mampu memahami pengertian hubungan kerja, prinsip hubungan kerja, teknik komunikasi dalam hubungan kerja serta teknik hubungan kerja dalam pelaksanaan tugas di unit kerja, agar terwujudnya keterpaduan, keserasian dan keselarasan kegiatan-kegiatan seluruh unit beserta komponen-komponen yang berkaitan dalam pencapaian sasaran dan tujuan organisasi (pemerintah).

Tidak ada komentar: